Menuju Level Narima ing Pandum

*) sebuah renungan selepas beryoga

Narima ing pandum, sebuah istilah dalam Bahasa Jawa yang berarti menerima apapun yang dikaruniakan oleh Gusti Allah SWT. Sedikit atau banyak, susah atau senang, lapang ataupun sempit … apapun, diterima dengan lega lila, penuh kerelaan hati. Perlu hati seluas samudera dan tingkat kesabaran yang tinggi untuk bisa mencapai level narima ing pandum. Namun, sadar atau tidak, saat saya berada dalam kondisi yang lemah/kekurangan, hati menjadi amat sulit menerima cobaan/teguran dari Yang Maha Esa.

Duh, Gusti, salahkah saya?

Ketika pertanyaan itu mendesak-desak di dalam hati, meminta jawaban pasti … saya pun merenung lebih dalam. Meraba-raba berbagai alasan demi menenangkan hati. Bisa jadi Gusti Allah hendak memberi kelapangan selepas kesulitan ini. Bisa jadi saya yang terlalu mendamba, berharap terlalu muluk; sehingga saat saya menemui kenyataan tak sesuai keinginan, gagal … saya sedih dan marah.

Bisa jadi bukan saya yang sebenarnya yang membuat keadaan menjadi di luar perkiraan, ada orang lain yang mempersulit langkah saya. Namun, apa boleh saya menyalahkan orang tersebut? Menjegal balik dan memelihara kebencian di dalam sanubari?

Jika dipikir kembali, lagi dan lagi. Tidak ada untungnya bagi saya membenci seseorang hanya karena ia memperlakukan saya dengan tidak baik. Lebih baik saya ganti saja “benci” menjadi “tidak suka”. Bukan karena ‘personal’, tetapi lebih karena ‘tindakan’ orang tersebut. Tidak mudah. Ya, setidaknya saya berusaha.

Kalau sekiranya dengan mengganti label “benci” menjadi “tidak suka”, belum cukup membuat hati saya lega lila, saya tahu … ada hal-hal yang harus saya lalui, sebuah ritual menenangkan hati: puasa dan latihan fisik: yoga.

separuh dari "half lord of the fishes pose"
separuh dari “half lord of the fishes pose”

Saya berharap, segala upaya tersebut membuat saya tidak punya keinginan untuk berhenti berpikir positif; tetap bersikap baik kepada siapa saja, termasuk orang yang tidak saya sukai. Sekali lagi, setidaknya saya berusaha. Gusti Allah tentu tahu, dan takkan memutus petunjuk-Nya bagi sesiapapun hamba yang berprasangka baik dan pantang berputus asa. InsyaAllah.

0 thoughts on “Menuju Level Narima ing Pandum

  1. Mb, untuk saat ini hal itu begitu sulitnya untuk kujalani, aku tidak ingin begini, tidak ingin menjadi begini negatif. Sungguh sulit, tidak mudah. Ujian ini cukup membuatku sakit begitu dalamnya. Aku tahu, “Sesudah Kesulitan Pasti Ada Jalan”. Aku yakin itu, semoga saja aku masih mampu. Terima kasih buat support nya mb sayang.

  2. Aku ora njegal awakmu lo Phie, meskipun awakmu enting. Sing sabar yo Phie, rejeki ora mung sak enggon. Insya Allah nrima ing pandum menjadi momen untuk berefleksi, bukan berarti berhenti 😀

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *