(Sedikit) Cerita dari Workshop Green Lifestyle KOMPAS dan SwitchAsia SCP Indonesia Seri I

Setelah akhir pekan pertama saya menghadiri agenda  khusus perempuan, giliran minggu kedua saya menambah kisah di #SeptemberCeria2014 dengan cerita lain: hadir di acara workshop Green Lifestyle KOMPAS. Saya datang bersama teman-teman Komunitas Blogger Jogja (KBJ). 😀 Fyi, acara yang terselenggara berkat kerja sama KOMPAS dan Switch Asia SCP (Sustainable Consumption & Production) Policy Indonesia ini merupakan agenda berkesinambungan selama 5 bulan berturut. Di bulan pertama, workshop diselenggarakan pada tanggal 13 September 2014 di Jogja Digital Valley, Sagan. Tema besar yang diusung adalah Green Life: Dont (Just) Recycle, Think First!.

pertama

Mau tahu seperti apa keseruan acara workshop-nya? Yuk, simak terus postingan ini! 😉

Workshop seri I ini secara garis besar dibagi menjadi dua bagian. Di sesi pertama, Dr. Edzard Ruehe dari Switch Asia SCP Policy Support Component – Indonesia menyampaikan materi tentang apa itu Green Product dan bagaimana masyarakat umum bisa mengenali ciri-cirinya. Di sesi kedua, peserta workshop dibagi menjadi dua kelas khusus: blogger dan fotografer. Saya sendiri masuk di kelas blogger dan berjumpa dengan Pepih Nugraha (wartawan senior KOMPAS) sebagai pemateri. Sementara itu, di kelas fotografi, ada Jhonny Hendarta sebagai pemateri.

O ya, sebelum acara dimulai, para peserta disodori selembar kuesioner tentang green product berikut istilah-istilahnya dan sejauh mana mengenal produk tersebut. Setelah diisi, lembar kuesioner inilah yang ditukarkan dengan sertifikat di akhir acara.

asyiknya duduk mengisi kuesioner SCP-Switch Asia
asyiknya duduk mengisi kuesioner SCP-Switch Asia

Oke, lanjut ke detail acara. 😉

Sebelum materi inti dari Dr. Ed disampaikan, peserta disambut oleh Christine Effendy, Managing Director Asian Management Consulting (AMC), sebagai pelaksana proyek. Beliau menerangkan secara ringkas apa itu Switch Asia SCP Policy Support Component- Indonesia dan kegiatan yang dilakukan.

Menurut penjelasan Mbak Christine, proyek ini merupakan bentuk kerja sama Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) RI dengan Switch Asia yang didukung oleh Uni Eropa. Proyek ini telah dimulai tahun 2013 lalu dengan menggelar photo rally dan pameran foto dengan tema “Climate Art Festival 2013” pada medio Oktober 2013 di Jogja. Untuk tahun 2014, proyek diimplementasikan di tiga kota (Jogja, Denpasar, dan Surabaya) sebagai pilot project.

Nah, acara workshop ini juga merupakan bagian dari kampanye SCP di Indonesia. Dengan menggandeng KOMPAS sebagai mitra, diharapkan nantinya semakin banyak kalangan sadar akan pentingnya menjaga lingkungan hidup sekaligus menerapkan gaya hidup hijau sehari-hari secara berkelanjutan. Ya, semoga. 🙂

Setelah penjelasan dari Mbak Christine, materi pun dilanjutkan oleh Dr. Edzard. Dr. Ed adalah seorang ahli lingkungan hidup berkebangsaan Jerman. Beliau telah 20 tahun menggeluti bidang ini dengan menjadi konsultan beberapa negara berkembang di Asia. Jangan dikira beliau menyampaikan materi menggunakan bahasa Jerman atau Inggris! Terus? Bahasa Indonesia? Iya dan fasih! 😉

pemaparan Christine Effendy (AMC) dan Dr. Edzard Ruehe (Switch Asia)
pemaparan Christine Effendy (AMC) dan Dr. Edzard Ruehe (Switch Asia)

Apa saja yang disampaikan oleh Dr. Ed?

Green product dan segala aspeknya. Beliau menyampaikan bahwa saat ini penduduk bumi telah melakukan konsumsi berlebih; 60% ekosistem bumi telah rusak karena eksploitasi; 140 ton miliar/tahun diambil untuk memenuhi konsumsi tersebut, seolah kita memiliki wilayah seluas 1,5 kali ukuran bumi. Padahal hidup akan terus berjalan dan untuk bertahan, penting untuk berhemat dan melakukan efisiensi dengan menggunakan produk hijau. Selanjutnya, apa yang perlu kita lakukan?

Perhatikan bahan baku produk, proses produksi, bahan bakar pada distribusi/pengangkutan, pemakaian, sampai pembuangannya.

Selain itu, penting juga untuk mencermati kriteria produk, di antaranya: hemat energi, emisi kecil, tidak menggunakan logam berat, tidak menggunakan bahan-bahan berbahaya, tidak menggunakan kemasan/minim pembungkus, jika menggunakan kemasan/pembungkus, bahan sebaiknya yang biodegradable (mudah terurai di alam).

Dr. Ed juga menunjukkan beberapa contoh produk hijau yang bisa kita temui sehari-hari:

  1. Lampu pijar. Ada 3 pilihan yang ditunjukkan oleh Dr. Ed: bohlam biasa, CFL, dan LED. Sebaiknya pilih yang LED. Meski harga produk tersebut dikenal mahal, ternyata jika dikalkulasikan total biayanya … justru LED yang paling irit dan murah! Sementara itu, bohlam biasa menghasilkan 95% panas dan hanya 5% cahaya! 😯
  2. Lemari es dan AC. Tidak direkomendasikan memakai refrigerant R134a; lebih baik pilih yang inverter; perhatikan pemakaian energi; paling bagus untuk AC pilih tipe split (bagian panas dan dingin terpisah).
  3. Kertas. Perhatikan labelnya: ISO 14001 dan ISO 50001; jika tidak tercantum label ISO 50001, setidaknya pilih yang berlabel ISO 14001.
  4. Cat. Perhatikan label: sebaiknya water based/larut dalam air; tidak ada tambahan logam berat (timbal, raksa/merkuri, kadmium, dsb.).
  5. Deterjen dan bahan pembersih. Tidak mengandung khlor (Cl); asam kuat; zat wewangian sintetis yang menyengat; propelan (gas pendorong seperti yang digunakan pada kaleng aerosol), lebih baik gunakan sprayer dengan bantuan tekanan pompa tangan; serta tidak mengandung herbisida.

Setelah sesi materi, dilanjut dengan diskusi. Ramai juga sesi diskusi ini. Salah satu pertanyaan yang menarik perhatian saya adalah soal “dokter lampu vs lampu hemat energi”. Bagaimana tanggapan Dr. Ed? Beliau sempat berseloroh, bahwa di Jerman tidak ada ketok magic seperti di Indonesia. Hahaha, iya, bisa jadi hanya di Indonesia yang ada bengkel-bengkel macam begini. 😛 Namun, sebagai konsumen cermat, kita sebaiknya teliti sebelum menggunakan jasa reparasi lampu tersebut. Kalau memang setelah direparasi justru mengubah komponen yang tadinya efisien menjadi inefisien, ya, sama saja tidak hemat energi. Oh, jadi begitu ….

Nah, setelahnya acara dibagi menjadi dua ruangan. Para blogger tetap di ruangan, sementara para fotografer pindah ke ruang sebelah. Bersiap untuk sesi selanjutnya, Mbak Indah Juli dan saya pun pindah tempat ke larik kedua dari depan, pas menghadap layar proyektor. Rupanya, ada Kurnia ‘Kachan’ yang juga datang. Kami bertiga pun akhirnya ngumpul di larik yang sama. Senang bisa berkumpul dengan emak-emak tjantiek ini. 😉 Sayang, saya hanya dapat nyuri foto Mbak Injul. 😛

Mbak Injul sibuk bener, ya ... :P
Mbak Injul sibuk bener, ya … 😛

Sesi selanjutnya dimulai sekitar pk. 14.30. Saatnya manteng materi dari Kang Pepih Nugraha. 😉 Materi yang disampaikan oleh wartawan senior KOMPAS yang juga aktif nge-blog sejak 2005 ini, meski santai, tapi tetap diikuti dengan serius oleh para peserta. Memang apa yang disampaikan?

Pepih  Nugraha memaparkan tentang ide tulisan
Pepih Nugraha memaparkan tentang ide tulisan

Kang Pepih menyampaikan materi berjudul “Mengenal Berita dan Nilai-nilai Berita”. Beberapa poin yang dapat saya sarikan antara lain:

Untuk menurunkan sebuah tulisan, ada 5 hal yang disebut Kang Pepih dengan NOSE of News yang penting dilakukan, yaitu:

  1. Curiosity (rasa ingin tahu). Seorang penulis sebaiknya mengasah rasa ingin tahunya baik-baik. Istilah kerennya: kepo hehehe 😛
  2. Sceptic (ragu-ragu). Dari rasa ingin tahu, akan menimbulkan tanya dan keraguan si penulis.
  3. Observasi. Setelah timbul keraguan, pertanyaan, maka penulis pun akan menyusulnya dengan melakukan observasi/pengamatan.
  4. Change (perubahan). Inspirasi biasanya akan timbul dari mengamati perubahan, sehingga menggiring ke arah laporan mendalam.
  5. Compare (perbandingan). Setelah keempat hal tersebut, penulis sebaiknya melakukan perbandingan fisik, sehingga nantinya akan terarah ke investigative report.

Selanjutnya, Kang Pepih juga menyinggung soal News Value (Nilai Berita), di antaranya:

  1. Penting. Biasanya berita ini akan muncul sebagai hard news. Misalnya, Gunung Sinabung meletus.
  2. Menarik. Berita ini akan muncul sebagai soft news. Sebagai contoh: Presiden SBY memainkan gitar sambil bernyanyi “Malam Sunyi di Cipaganti”.
  3. Kemanfaatan.
  4. Prominence. Contoh: berita tentang orang-orang penting.
  5. Proximity. Nilai kedekatan pembaca berita menentukan nilai dari suatu berita; misalnya berita tentang tsunami Aceh akan lebih menarik bagi orang Indonesia, ketimbang berita gempa Jepang.
  6. Conflict. Contoh: berita soal konflik/perseteruan.
  7. Unique. Sesuatu yang unik juga bernilai untuk diberitakan, misalnya berita tentang ular kobra berkepala tiga, dsb.
  8. Achievement/prestasi.
  9. Magnitude/berita yang berkaitan dengan angka. Misalnya, “703 orang meninggal dalam kecelakaan kereta ….”

Di bagian akhir, Kang Pepih juga menyampaikan beberapa tips menulis dan cara mendapatkan ide tulisan.

  1. Menulislah dari apa yang diKUASAi dan apa yang diSUKAi.
  2. Jika tak punya ide untuk dituliskan, bertanyalah.
  3. Lihat sekeliling, tengok diri sendiri, baca sumber inspirasi, dan jangan menyimpan ide. Langsung tulis!

Wah, ternyata banyak juga ya materi workshop yang santai, tapi serius dan berbobot kali ini! 😀

Nah, di bagian akhir, ga lengkap rasanya jika acara tanpa bagi-bagi doorprize! Lumayan banyak juga yang dibagikan. Ada flashdisk, topi, … saya dapat apa? Botol minum dari KOMPAS. Alhamdulillah, ya! 😀 *kibas kerudung.

Alhamdulillah, dapat botol minum & sertifikat ;)
Alhamdulillah, dapat botol minum & sertifikat 😉

Selain bagi-bagi doorprize, panitia juga menyampaikan tentang blogging competition sesuai tema workshop seri I ini. Tak ketinggalan, tulisan saya tentang memilih cat interior pun turut meramaikan event ini. Silakan ditengok, ya, Sahabat. Siapa tahu ada yang mau nge-cat rumah, hehehe. 😀

Sebagai pungkasan acara, biasalah foto-foto dengan teman-teman Komunitas Blogger Jogja. 😉

foto dulu, Gaes! 😀 (foto oleh Kurnia “Kachan”)

Well, itulah oleh-oleh cerita akhir pekan saya dari Workshop KOMPAS dan Switch Asia seri I bulan kemarin. Banyak manfaat, banyak ilmu, seru, dan semoga tulisan yang saya bagi untuk Sahabat ini pun bermanfaat untuk kita semua. Don’t (just) recycle, think first! Happy weekend, Pals! 😉

0 thoughts on “(Sedikit) Cerita dari Workshop Green Lifestyle KOMPAS dan SwitchAsia SCP Indonesia Seri I

  1. Wah asyik bener acara tentang lingkungan. Ada hadiahnya pula. Memang kita kurang sadar akan lingkungan, terlalu mengejar kepentingan dan kebutuhan semata sehingga peduli akan lingkungan jadi minimal. Semoga acara ini bermanfaat dan berkembang menjadi kesadaran umum yang lebih luas! Terima kasih udah berbagi info.

  2. Waaah nuhun non Phie buat bagi2nya… ternyata “ngga susah” untuk menulis itu, tp yg susah itu memunculkan semangat buat menulis… Aaahh emang teteh mah blogger abal-abal…:(

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *