Masih menyambung soal working dinner bersama Kementerian Luar Negeri RI dan pengelola media di DIY, kali ini saya akan membagi kisah soal persiapan yang dilakukan oleh perguruan tinggi demi menyambut Komunitas ASEAN 2015.
Apa yang bisa dilakukan oleh akademisi dalam rangka menyongsong Komunitas ASEAN 2015?
Satu di antaranya adalah mempersiapkan kualitas lembaga pendidikan yang nantinya berperan dalam menelurkan lulusan-lulusan berdaya saing tinggi. Poin penting itulah setidaknya yang saya tangkap dari pertemuan awak Jurusan Perlindungan Tanaman UGM di akhir bulan Agustus 2014 lalu. Kala itu Dr. Witjaksono (Ketua Jurusan Perlindungan Tanaman / Hama dan Penyakit Tumbuhan) dan Prof. Triwidodo A. (Ketua Program Studi Ilmu Hama Penyakit Tumbuhan S1) sebagai pembicara utama, memaparkan jadwal berikut hal-hal yang mesti dipersiapkan menjelang ASEAN University Network (AUN) quality assessment yang dilaksanakan tanggal 8โ10 September 2014 lalu.
Dalam penjelasannya, Prof. Triwidodo pun memaparkan asal-muasal AUN (sejarah berdirinya AUN selengkapnya dapat diakses di http://www.aunsec.org/ourhistory.php ). Jaringan AUN diprakarsai oleh para pemimpin ASEAN pada KTT ASEAN ke-4 tahun 1992. Tujuan dibentuknya adalah untuk mempercepat solidaritas dan perkembangan identitas regional melalui promosi jaringan universitas terkemuka di kawasan ASEAN. Selanjutnya, program AUN pun diinisiasi padaย 4th AUN BOARD of Trustee Meeting tahun 1998. Dari pertemuan tersebut, ditarik satu kesimpulan:
Mengingat pentingnya jaminan mutu sebagai salah satu mekanisme untuk menjamin kualitas pendidikan tinggi, para anggota AUN setuju membuat โAUN-QA Systemโ untuk meningkatkan kualitas pendidikan tinggi di antara anggota AUN.
Jaringan AUN ini beranggotakan beberapa perguruan tinggi terkemuka di setiap negara anggota ASEAN. Anggota AUN selengkapnya dapat diakses di http://www.aunsec.org/aunmemberuniversities.php
Mengutip penjelasan beliau, di Indonesia sendiri setidaknya telah ada empat perguruan tinggi anggota AUN, di antaranya: Universitas Gadjah Mada, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Airlangga. Untuk UGM, setidaknya terdapat delapan program studi yang telah berpartisipasi pada AUN Self Assesment Report (SAR), di antaranya: Prodi Psikologi (Fak. Psikologi), Prodi Antropologi (FIB), Prodi Teknik Mesin (FT), Prodi Kedokteran Gigi (FKG), Prodi Teknologi Industri Pertanian (FTP), Prodi Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan (FPN), Prodi Matematika (FMIPA), dan Prodi Kedokteran Hewan (FKH).
Nah, sebagai bagian dari prodi yang menjalani assessment, setelah secara tertulis mengajukan self assessment report, maka tahap lanjutannya adalah assessment dalam bentuk visitasi. Oleh karena itu, awak Jurusan Perlindungan Tanaman (Prodi Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan), mulai dari dosen, staf, mahasiswa, dan alumni, semua disiagakan. Tak ketinggalan, saya. ๐ Tanggal 8 September, saya masuk ruang interview bersama support staff lain. Sehari kemudian, saya masuk untuk interview lagi sebagai alumni. Bukan maksud hati men-double–duty-kan diri, sih; jurusan yang meminta saya. Ya, baiklah! ๐
***
Senin, 8 September 2014, tengah hari
Bagian depan R. Multimedia FPN yang digunakan sebagai ruang interview sudah sarat aktivitas ketika saya turun dari lt. 3. Panitia mempersilakan kami semua untuk mengambil makan siang. Saya? Hanya menggeleng sambil tersenyum ketika saya ditawari makan oleh Prof. Triwid,
โKamu nggak makan, Phie?
โPuasa, Pak.โ
โWaduh, kudu dapat jatah nasi kotak, nih!โ
Seloroh beliau saya sambut dengan tertawa kecil. Well, tidak ada yang harus diherankan. Guru besar di jurusan kami memang seperti itu, akrab dan sense of humor-nya tidak terbatas hanya untuk kalangan dosen. ๐
Usai makan siang, para dosen masuk untuk interview. Sekitar pk. 15, giliran support staff yang di-interview. Kesan pertama: dingin! Bukan assessor-nya, tapi ruangannya. Saya yang tidak betah kedinginan, tak bisa apa-apa. Untunglah, pertanyaan-pertanyaan dari kedua assessor [Prof. Dr. Le Quang Minhย (Vietnam National University) dan Prof. Dr. Malilou G. Nicolas (Unversity of the Philippines)] cukup โmenghangatkanโ (baca: bikin nervous); terutama saat saya diminta untuk menjelaskan posisi dan job desc. sebagai managing editor di Indonesian Journal of Plant Protection/Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia.
โAs managing editor, we have broad duties and responsibilities …,โ begitu saya membuka penjelasan.
Setelahnya, saya berusaha menyampaikan beragam hal yang harus dikerjakan di sebuah redaksi scientific journal. Mulai dari mengurus arsip surat masuk-keluar, juga kiriman manuskrip dari penulis (yang rata-rata adalah peneliti); mengontrol cadangan calon naskah; memantau proses telaah calon naskah; melakukan korespondensi dengan penulis, penelaah, percetakan, maupun pelanggan jurnal; menyunting calon naskah fix sebagai bagian pra-layout (jika diperlukan); me-layout naskah sesuai ย dengan ketentuan dan menjaga gaya tetap konsisten; mengurus proses naik cetak; mendistribusikan jurnal terbit ke pelanggan dan instansi wajib kirim di seluruh Indonesia. Yang teranyar (dan belum sepenuhnya bisa direngkuh), meng-online-kan artikel, baik ke website jurusan, OJS, maupun Scopus. *pfiuuh, ngelap keringat …
Agaknya beliau berdua tertarik dengan penjelasan tersebut, hingga beberapa kali mengajukan pertanyaan susulan kepada tim jurnal (saya dan Maylia). Seperti misalnya, apa kontribusi jurnal ilmiah terhadap peningkatan kualitas pendidikan di jurusan kami. Tentu saja, ada. Setidaknya dengan melakukan publikasi ilmiah di jurnal nasional, para mahasiswa dilatih untuk menuangkan hasil risetnya, berbagi ilmu, dan membiarkan calon/peneliti lain untuk tahu seberapa besar pencapaian iptek anak bangsa. *ini jawaban idealis banget setelah saya pikir-pikir ๐
Entah, berapa banyak lagi pertanyaan yang berlontaran di ruangan tersebut. Yang jelas, waktu bergulir begitu saja. Tahu-tahu saat kami keluar ruangan, adzan Maghrib sudah menggema. Alhamdulillah, saatnya berbuka! ๐
***
Selasa, 9 September 2014, jelang siang
Hari kedua assessment, ada yang berbeda. Ada aroma nostalgia di depan ruang interview. Yap, para alumni program S1 HPT berkumpul! Saya seolah kembali ke beberapa waktu silam, saat kuliah masih di gedung Sekip, Fak. Pertanian lawas. Ada beberapa perwakilan angkatan: 1980-an, 1990-an, dan 2000-an. Saya termasuk yang 2000-an awal. *hihihi jadi merasa muda #eh ๐
Ada 15-an orang alumni yang di-interview di hari kedua itu. Beberapa dari alumni tengah mengambi studi lanjutan di Pascasarjana; beberapa yang lain meluangkan waktu bertandang dari luar kota ke Jogja, sementara sisanya adalah alumni yang bekerja di Jogja, serta fresh graduate. Sebelum masuk, beberapa dari alumni sempat bergambar. Ah, iya, ini baru namanya nostalgia. ๐
Well, seperti apa rasanya di-interview sebagai alumni HPT?
Masih saja saya kedinginan, seperti juga alumni lain. Sepertinya suhu AC R. Multimedia disetel terlalu rendah. ๐ *abaikan!
Rasanya di-interview sebagai alumni? Yang jelas, beda dengan hari sebelumnya! Setidaknya juru translate sudah dipegang oleh orang lain. Proses interview pun menjadi kian semarak dan lebih santai karena pendapat dan tanggapan yang diberikan atas pertanyaan kedua assessor lebih beragam. Waktu hampir 2 jam pun seolah berlalu begitu saja. Alhamdulillah. ๐
Senang rasanya bisa mengikuti sepenggal dari rangkaian acara AUN QA ini. Meski belum banyak yang bisa saya beri sebagai support staff dan alumni, saya berharap hasilnya nanti baik, atau setidaknya dapat memberi pencerahan demi peningkatan kualitas Jurusan Perlindungan Tanaman (HPT) UGM di masa depan. Yes, we do hope all the best. (Aamiin).
Waaah mbak Phie kereeeen… Teteh mah jangankan pake bhs Inggris, bhs Indonesia juga belepotaaan ๐
Teh Dewi, ah, merendah. Lebih keren yang udah sampai Germany sana donk, hihihi ๐
Bahasa Inggris saya mah standar bawah, Teh. Cukup … cukup susah dimengerti ๐
Kalau yg ngga pinter itu, contohnya teteeh..kalau ngomong pabaliut, campur bhs Inggris ya Jerman jugaaa…kadang bhs Indonesia campur Jerman campur sundaaa..dan yg pasti mah, bhs Inggris ngga pinter, bhs Jerman pun pas-pasan..dan paling paraaaaah bacaan Inggris dibaca cara Jerman yang dibaca sesuai tulisannya…paraaaaah hahahaha
ah, si Teteh ini suka merendah hehe
kapan-kapan saya mau donk diajari bahasa Jerman, biar ga cuma bisa bilang “guten nacht” “guten morgen” hehehe
Boleeeh…boleeeh..lha teteh jg masih belajar ko ๐
Asyiiiik!! ๐ tapi, kapan yak bisa ketemu Teh Wie lagi #mikir
Phie keren banget
Mbak Lidya juga kereeeen. Dua jempol buat mama Cal-Vin ๐
wow, jadi iri nih~ ๐
tapi salut banget kak, bisa ikut serta di acara internasional gitu~ ๐
Hihihi, ditunjuk untuk turut serta, ya… baiklah, jawabannya ๐
Mbak Phie keren bangeet..
Imannya kuat. Perlu belajar banyak nih ke Mbak Phie ๐
Apa ta Mbak Yuni iki? Isaa wae… *tutup muka pake tampah*
Laaah keren banget itu bikin jurnal. Aku cuma curhatan aja hari2 wkwkwkkw…. Btw tanteku juga ahli hama tanaman tp dr IPB, sering juga ke UGM. Namanya Prof Siwi siapa gitu malah nggak ngerti lengkapnya. Sekarang sudah pensiun & tinggal di Jogja.
Hehehe njlimet-nya itu yang gak pernah bisa berhenti, Mbak.. hmm.
Eh, iya? Bu Sri Suharni Siwi? Yang dulu ngasta di Bogor, Mbak? Dunia memang selebar kelor, ya! Beliau beberapa kali ngajar juga di HPT UGM, makul Taksonomi Serangga Pascasarjana.
ah keren nih mbaknya Salutt….!!!
tetep menganut ilmu padi mbak, semakin ke atas semakin menunduk
terima kasih, masih jauh kok dari kata keren, ๐
terima kasih sudah mampir, ya ๐
met kenal mbak pie.. saya jambrong ๐
kadang saya sedikit iri kpd orang2 yang seperti mbak phie,..smart and sudah pernah “makan” bangku kuliah..
salam dari karimunjawambak, monggo mampir ^_^