“Syawal sendiri, secara harfiyah, berarti “peningkatan”, yakni peningkatan ibadah sebagai hasil training selama bulan Ramadhan – forsilam, Ramadhan Sepanjang Tahun”
Syawal. Setelah sebulan menjalani ibadah puasa, tarawih, tadarus, dan ibadah-ibadah lain; bulan Syawal bagi saya pribadi menjadi bulan di mana sesungguhnya PR besar dimulai. Setelah sebulan menahan dan menjaga segala hawa nafsu, jika bulan berikutnya kembali lagi ke posisi sebelum Ramadhan, bagi saya, itu artinya stagnan, atau bahkan turun level. Aduh, jangan sampai!
Selain PR beristiqomah dengan ibadah, Syawal tahun ini juga menjadi moment berharga untuk menata kembali kedisiplinan saya soal makan. Sebulan menjalani training dan detoks tubuh, tak semestinya bulan berikutnya saya kembali makan dengan ‘serakah’. Serakah? Ya, memakan segala jenis makanan dalam satu kesempatan seperti orang kelaparan. ‘Serakah’, istilah ini saya pakai untuk membuat pikiran saya galau dan tidak lagi mengulangi kekeliruan setengah tahun terakhir.
Apa yang terjadi kala itu?
Saya tidak disiplin dengan #diaryfoodcombining yang saya niatkan sejak akhir 2014 lalu. Tidak disiplin di sini termasuk sering skip sarapan buah, sering jajan es krim juga makanan prosesan yang manis-manis dan sarat gluten. Cheating akbar, ceritanya. Saya tidak tahu mengapa bisa begitu; kemungkinan besar: saya stress. *ouch! 😥
Awal Juli ini, setelah segala pikiran jauh lebih plong karena goal akreditasi jurnal telah dicapai; saya berniat kembali untuk disiplin menjaga asupan makanan. Beban pekerjaan di redaksi memang selamanya akan ada saja dan bikin stress; tapi sebisa mungkin saya usahakan untuk enjoy. Mengasup lebih banyak buah dan sayur segar juga mulai saya lakukan kembali sebagai tanda insaf.
Insaf? Memangnya saya berdosa jika makan dengan ‘serakah’? Menurut saya, ya, saya berdosa. Berdosa kepada tubuh yang selama ini dipinjamkan oleh Gusti Allah SWT untuk saya jaga dan rawat sebaik-baiknya. Tentu saja, menjaga dan merawat setiap pemberian Gusti Allah SWT, apapun itu, termasuk dalam kategori beribadah. Pun sebagai tanda bahwa saya mencintai diri.
O ya, bicara tentang konsep mencintai diri, dalam beberapa tahun belakang, pemahaman saya terhadap mencintai diri menjadi lebih detail. Mulai dari dua setengah tahun lalu memutuskan untuk menjalani food combining (meski belum full); lalu meluas ke arah hal-hal yang masuk ke tubuh saya, salah satunya skincare dan kosmetik.
Ya, setahun terakhir saya lepas dari deodorant langganan, disusul kemudian mengurangi penggunaan kosmetik (tersisa krim wajah jadul dan bedak tabur, entah nanti akan saya ganti atau tidak). Saya tidak lagi menggunakan facial foam langganan (saya ganti dengan VCO dan air panas). Saya tidak lagi mengoleskan hand-body lotion yang beredar di pasaran (saya ganti dengan VCO sebagai body oil). Saya bahkan berpaling dari lipstick dan lipbalm langganan karena mengandung bahan kimia sintetis yang disinyalir menjadi pemicu terjadinya gangguan fungsi hormon. Sebagai pengganti, saya menggunakan VCO dan minyak zaitunl sebagai olesan bibir.
Beberapa orang takjub; beberapa yang lain komplain. Ada yang bilang secara terang-terangan bahwa wajah saya pucat tanpa gincu, sampai-sampai menyinggung saya yang ‘belum juga laku’ padahal usia saya sudah masuk 30 something. Well, apapunlah… go ahead, biar saya terima dengan hati terbuka. 😀
Menurut saya, mereka bicara seperti itu tentu karena belum mengerti apa maksud dan tujuan saya. Tujuan pertama saya menjadi sehat. Barangsiapa sehat jasmani-rohaninya, maka terpancarlah aura cantiknya dari kenampakan fisik, bahasa tubuh, tutur kata, dan perilaku. Kosmetik digunakan untuk menambah level cantik seseorang. Jadi, dalam pemahaman saya, menjadi cantik bukan karena kosmetik; melainkan dari dalam diri itu sendiri. … dan bagaimana bisa saya menjadi sehat (dan cantik), jika saya abai dan lalai dengan asupan yang baik bagi tubuh saya, terutama makanan?
Well, ini catatan kecil saya soal disiplin terhadap makanan. Bagaimana dengan Sahabat semua, punya life goal apa pada bulan Syawal 1438 H (yang hampir di penghujungnya) ini? 🙂
Yang penting sehat ya mba. Duh pola makanku masih sembarangan ini, pelan-pelan harus diatur lagi.
setelah lebaran dg makan yang banyak lemaknya itu dan kembali ke rutinitas awal itu berat banget ya, perlu usaha keras
sama weee, aku naik 3kg sehabis lebaran. hahaha
ini lagi nyoba dan bener2 nyoba diet lagi. dengan cuma makan roti pas sarapan, siang ga makan. baru pas sore makan nasi 😀
Aku gak bisa raw food kalau sayur, paling bisanya selada & lettuce. Tapi skrg sdh nggak nasi putih lagi sih, nasi merah aja nggak habis2, banyakin buah.
Aku belum disiplin soal makanan neh, akhirnya ga ideal terus berat badanku
hidup itu rumit. ribet. ndak sempat untuk meributkan hal sepele–seperti berat badan. #eh.. #efek ngurusi anak dan cucian