Halo, Sahabat! Masih ingat dengan kegiatan merajut bareng Gendhis dua bulan waktu lalu? Well, iya, selama itu juga saya tidak update blog. *sigh
O ya, dua bulan lalu saya membawa pulang segulung benang dan setumpuk rasa penasaran. Wadah ponsel yang menjadi tujuan workshop kami sore itu, apa kabarnya? Karena ada beberapa di antara teman yang penasaran, baiklah, saya akan berbagi cerita.
Sesampai di rumah, saya berusaha untuk bisa berhasil berurusan dengan segulung benang nilon. Sekagok apapun, namanya ingin belajar saya berusaha sebaik mungkin. Hasilnya seperti apa? Yang satu begitu curvy, meliuk tidak karuan. Akhirnya saya beri gantungan dan tembak dengan glue gun, jadilah gantungan kunci. Kalau ada yang tanya, itu apa? Itu adalah benda abstrak yang hidup di dalam pikiran saya. Bwaahahaha… 😆
Yang satu lagi, hampir membentuk kantung. Awalnya baik-baik saya, tetapi lama-kelamaan kok menciut, ya? 😯 Akhirnya saya beri saja efek rumbai ngasal, sehingga bentuknya seperti sarung tangan bayi. Kayaknya saya dikode nih, suruh cari calon bapaknya anak-anak. *uhuk! 😛
Gak tahu kenapa, rasanya teteup geli dan kepingin ngakak saja kalau lihat penampakan hasil karya pertama. Deal with tension? Yes, absolutely failed! 😆
Karena alasan itulah, saya memilih untuk pindah ke lain hati benang. Pas sekali, saya menemukan benang akrilik sisa kruistik milik Ibu. Setelah mendapat izin, saya langsung belajar lagi. Setel YouTube, mencari tutorial bagaimana semestinya saya membuat single crochet (sc), half double crochet (hdc), double crochet (dc) [di UK, disebut dengan istilah trebble crochet], juga slip stich (ss). Kalau saya bisa menguasai keempat hal dasar tersebut, pastinya jalan ke depan (tsaah) akan jauh lebih mudah dilalui. 😉
Jadilah segulung benang akrilik warna emas kecokelatan ukuran sedang saya jadikan #selfproject pertama. Tadinya saya pikir bisa membuat syal dari hasil rajutan tersebut. Sayang, karena hasilnya kurang rapi dan di beberapa tempat keliru cara menyambung benangnya; alhasil saya bongkar kembali. Hahahaduuh 😆
Pada kesempatan yang hampir bersamaan saya juga menggarap dua proyek lain: syal duotone dan selimut granny square bertema randomized (thanks berat buat Bella Coco untuk inspirasinya). Ngomong-ngomong, kenampakannya seperti mozaik; mengingatkan saya pada tugas menggambar saat duduk di kelas 1 SMA dulu.
O ya, apa kabar rajutan yang saya bongkar? Saya ubah bentuknya menjadi lebih kecil. Solid granny square, namanya. Dua belas di antaranya berhasil saya sambung menjadi (semacam) dompet/wadah. Tinggal tambah furing di bagian dalam dan ritsleting, bisa saya gunakan untuk dompet koin atau dompet ponsel. Nothing to loose, yes! 😆
Tentu saja, #selfproject merajut ini akan tetap berlanjut sampai saya bisa merajut dengan benar. Ya, beberapa bulan berlalu… saya merasa belum bisa melakukannya dengan benar, tetapi semoga di situlah letak fun-nya. Merajut sebagai sebuah kesenangan, bukan dijadikan sebagai beban. Merajut sebagai salah satu cara menyeimbangkan hidup, serta menerapi diri setelah sekian hari berkutat dengan padatnya aktivitas redaksi.
Well then, apapun yang Sahabat lakukan di akhir pekan ini, semoga itu juga menyeimbangkan diri kalian semua. Karena hidup harus dinikmati, seberapa keras pun hari-hari yang kita lalui. Sampai jumpa di blogpost selanjutnya. Have a great weekend, Pals! 😉
Dari dulu pengennn banget bisa merajut. Cari tutornya dulu 😁😁
Aaaak ternyata diam2 dirimu sudah pandai merajut.