Sebuah tas kertas ia angsurkan ke arah saya. Sebuah tanda mata dari seberang sana, tanah Banjar, Kalimantan Selatan. Senyum saya merekah sembari menghujaninya dengan ucapan terima kasih. Hahaha, entahlah, kadang saya bisa berubah lebay karena tak tahan diperlakukan manis oleh orang-orang terdekat. Ia memberikan kain Sasirangan. Katanya itu kain khas Banjar. Hmm, saya speechless jadinya. Itu ke sekian kali ia menghadiahi saya cenderamata khas Banjar, setelah sebelumnya bros dan gantungan kunci. So sweet benar orang ini! π³
O ya, saya belum memperkenalkan si pemberi hadiah. Namanya Rini Budi Astuti, sapa saja ia Rini.. meski beberapa waktu terakhir ia justru menambahkan sebuah kata asing di depan nama panggilannya. Jadilah akun facebook-nya sekarang Diang Rini. Whatever, bagi saya ia tetap sahabat lawas yang hingga kini tetap hangat.
Petang itu kami bertemu setelah sekian bulan lamanya berpisah. Kami janjian bertemu untuk membeli kado. Dua hari setelahnya, 1 Mei 2013, adalah ulang tahun Sukarni, dan di hari itu ia mengundang kami untuk bereuni. Alasannya sih biar pas dengan hari Buruh Internasional…, padahal saya ingat itu hari istimewa untuknya; hanya saja, saya tidak mau berkoar-koar.. lihat saja nanti saat hari H.
Dua orang yang saya sebut di atas, Rini dan Karni, punya sejarah cukup panjang dalam perjalanan hidup saya. Kami tidak selalu bersama, tetapi rasanya itu bukanlah penghalang bagi kami untuk tetap bersahabat hingga saat ini. Rini, hampir dua tahun terakhir ia merantau ke Banjarmasin setelah sebelumnya berkutat dengan bidang riset dan pengembangan di sebuah LSM lokal. Karni, sempat beberapa tahun mengabdi menjadi guru Bahasa Indonesia di sebuah madrasah aliyah negeri di Jogja hingga akhirnya pindah menjadi staf di sebuah lembaga pengembangan sumber daya manusia di Surakarta. Sejak dulu kami punya waktu tertentu untuk berjumpa; minimal ngobrol, makan, nonton, atau buka bersama di bulan Ramadhan. Tidak sering, tapi cukuplah menghangatkan kembali persahabatan. Kami juga saling memberi kabar dan berbagi tanda mata, cara sederhana yang hingga saat ini mampu merekatkan kembali persahabatan kami yang telah mencapai angka 14 tahun ini.
Empat belas tahun? Ya! Persahabatan kami dimulai 14 tahun lalu di sebuah SMU negeri di daerah Sagan, Yogyakarta. Rini dan saya sama-sama gadis nggunung, berdomisilii di Sleman, dan tiap hari kami turun gunung untuk bersekolah di kota Jogja. Ada kebanggaan tersendiri memang jika bisa bersekolah di kota dan rata-rata impian anak nggunung seperti kami seperti itu. Kalau sekolah di desa terus nanti gak terbiasa bersaing dengan anak-anak di luar daerah.
Berjumpa Rini di hari pertama dan akhirnya kami duduk sebangku lalu melalui PARSSI (semacam masa orientasi sekolah dan pemilihan peleton inti di SMUN 9 Jogja). Banyak hal konyol terjadi kala itu. Yang lupa bawa handuk-lah, bawa kipas sate-lah; yang dihukum keliling nanyi lagu Pelangi ke lima kelas-lah… banyak!
Lepas masa orientasi, persahabatan kami bahkan melibatkan dua orang lagi, jadilah kami disebut sebagai Geng PRAS kala itu. PRAS diambil dari huruf awal nama depan kami, Palupi-Rini-Aminah-Sukarni. Hm, sebenarnya itu hanya cara teman-teman memanggil kami kalau kami jalan bareng berempat hehe, kami malah tidak sesaatpun merasa nge-geng.
Orang bilang masa putih abu-abu adalah masa terindah, bisa jadi begitu. Ya, kalaupun kami tak berniat pacaran kala itu, soal ngelirik lawan jenis dan naksir sana-sini…, teteup! π Bahkan saya masih ingat siapa-siapa saja nama kakak angkatan yang kami kecengi kala itu. Hahaha namanya juga masa puber, tidak bisa lepas dari hal semacam itu.
Waktu berlalu. Dua tahun setelah kami berjumpa, kami tidak lagi satu kelas. Rini, Aminah, Sukarni masuk jurusan IPS, sementara saya masuk IPA. Ada celah yang tidak bisa ditepis kala itu. Image anak IPA yang seperti itu dan IPS yang seperti itu…. Namun, bagi saya sahabat tetap sahabat. Mereka boleh beda kelas, tetapi silaturahim jalan terus. Tidak jarang, saat istirahat atau jam kosong kami masih suka main bareng; bahkan di masa-masa mempersiapkan kelulusan, Karni dan saya memperoleh kesempatan mewakili sekolah untuk maju lomba karya ilmiah remaja dalam rangka milad BEM Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Meski hanya mampu mempersembahkan sebuah tropi juara harapan I, kami senang bisa memberi kontribusi untuk almamater.
Beberapa bulan berikutnya, kami lulus dan secara resmi menjadi alumni 2002. Di sinilah semua ujian persahabatan itu terjadi. Kami diterima di jurusan berbeda. Rini diterima di FISIP UGM jurusan Administrasi Negara; Karni diterima di UNY jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia; saya diterima di Fak. Pertanian UGM jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan; sementara Aminah? Kami tak sepenuhnya tahu. Dia paling tertutup di antara kami berempat. Sebelum lulus, ia hanya bilang ingin sekali masuk di UGM jurusan Sastra Arab. Namun, entah… lagi-lagi masalah biaya menjadi kendala. Kami hanya bisa berdoa yang terbaik untuk Ami. Seandainya ia lulus ujian masuk PTN, semoga masalah biaya bisa dibantu dari pengajuan beasiswa, begitu harapan kami.
Kurang lebih setahun kemudian, sebuah kabar baik saya terima di suatu siang saat melakukan daftar ulang semester. Saya bertemu dengan seorang mahasiswi jurusan Sastra Arab bernama Kenya. Iseng saya bertanya, βKenal sama Aminah, Mbak? Yang dulu sekolah di SMA 9 Jogja?β Jawabnya? Ia mengenal Ami! Wah, syukur alhamdulillah, saya turut berbahagia kalau akhirnya Ami bisa melanjutkan kuliah. Ya, meski komunikasi kami nyaris putus dengannya, tetapi begitu tahu kabar Ami… lega juga rasanya.
Tak ada Ami, PRAS hanya bisa dibaca PRS. Hanya kami bertiga yang lebih sering bertemu. Seperti yang terjadi di Ramadhan tahun 2005, kami berjumpa di Masjid Kampus UGM untuk menikmati buka bersama. Sejak saat itu kami berusaha merutinkan perjumpaan, meski ada saja hal yang kadang tak mengizinkan. Urusan masing-masing boleh banyak, tetapi setidaknya ada dua hal pokok yang bisa kami lakukan untuk menyemai kembali cinta dalam persahabatan kami. Yang pertama, saling menjaga komunikasi, meski itu hanya lewat SMS atau facebook. Yang kedua, memanfaatkan kesempatan yang ada untuk berjumpa. Boleh setahun sekali berjumpa di Ramadan untuk buka bersama atau bulan berikutnya untuk syawalan. Atau juga seperti yang terjadi tanggal 1 Mei lalu. Kami merayakan ulang tahun Karni sekaligus 14 tahun persahabatan kami di Djendelo Koffie, Jl. Affandi (Gejayan).
Lalu bagaimana dengan kadonya? Sebuah kerudung biru bercorak kami bingkiskan untuk Karni. Ia tampak senang sekali, bahkan beberapa hari setelahnya ia mengucapkan terima kasih pada kami berdua via facebook. Ya, ia menggunakan kerudung itu lalu bergambar dan memajangnya sebagai profil facebook. Wah, Karni tambah cantik!
Syukur alhamdulillah, tidak ada hal semenyenangkan ini jika tanpa mereka. Satu hal yang saya harapkan, sekarang hingga nanti, semoga hal sederhana semacam ini kan tetap melanggengkan persahabatan kami, insyaAllah, aamiin.
–Tulisan ini diikutsertakan untuk GA dalam rangka launching blog My Give Away Niken Kusumowardhani–
Indahnya persahabatan…..
Jadi pengen bikin tema persahabatan juga di GA ini.
Makasih loh mbak sudah menebar cinta di pag hariku. Met ngotes & moga sukses ya…
Terima kasih sudah berkunjung, Mbak Susi. Semangat pagi! π
Ahahaha.. maaf, phie… ini nih resiko bw kepagian. Lupa…..
ahahaha *ngakak guling2* lost focus nih yee π
Mba, merinding bacanya. Persahabatan itu indah sekali. BEruntung ya masih bisa saling komunikasi.
Salam
Astin
Iya, merasa sangat beruntung masih bisa menyemai cinta bersama dua sahabat saya dari SMA π
Terima kasih sudah berkenan mampir, Mbak Astin π
Salam hangat dari kaki Merapi,
Phie
persahabatan itu memang indah mbak , say akebetulan juga ikut GA ini mengangkat tema persahabatan, salam kenal ya
Salam kenal kembali π
Ya, begitulah. Semoga sukses untuk GA-nya ya π
14 tahun itu lama loh mbak Phie. Dan persahabatan kalian tetap terjalin baik, Subhanallah, indah sekali. Semoga berkah ya mbak Phie.
Terima kasih partisipasinya, sudah tercatat sebagai peserta.
Alhamdulillah, Bunda π
Meski tetap ya dengan pasang surutnya.. untunglah masih tetap bertahan karena adanya “saling” itu tadi.
Kembali kasih, Bun π Senang bisa turut meramaikan GA-nya.
Salam senyum 10 cm
Persahabatan tanpa sekat lebih manis yo say
Podo ayune
Semoga sukses dalam GA jeng Niken yang mengaku senyumnya sama manisnya
Salam hangat dari Surabaya
Hehe begitulah, Pakdhe π
Saya suka itu, “persahabatan tanpa sekat” π
Salam hangat kembali dari kaki Merapi π
usia ABG ya tapi bertahan cukup lama , semoga makin langgeng persahabatannya
Iya, Mbak π
Sudah klop sejak dulu ya beginilah hehe π
Aamiin ya Rabb.. terima kasih doanya, Mbak Lidya π
Memang indah bersahabat Phie. Apalagi udah sampai 14 tahun, kebayang berapa konflik terselesaikan π
Ya, begitulah, Mbak π
Menjaga semua itu ada seninya.. Kami sendiri olok2an gitu sih sering.. bertengkar malah jarang hehe. Mungkin karena gak begitu sering ketemu, tapi tetep keep in touch ya. π
14 tahun persahabatan…. hmmm..
Amazing tentunya Phie
Ya, menakjubkan, Om Insan π
Rasanya baru kemarin kami bertemu dan menikmati masa-masa putih abu-abu hehehe
gak banyak persahabatan yang bisa berjalan selama itu. salut buat kalian… π
terima kasih π