(Sedikit) Cerita dari Workshop Green Lifestyle KOMPAS dan SwitchAsia SCP Indonesia Seri II (habis)

[cerita sebelumnya]

Di tengah saya mengisi kuesioner, Darul muncul. Rupanya ia sholat di masjid yang jaraknya lumayan jauh dari lokasi. Tanpa menunggu kuesioner terisi penuh, kami pun turun ke depan panggung. Beberapa peserta tengah menyamankan diri duduk di tengah hijaunya kerindangan Plataran Djoko Pekik; sementara itu panitia masih sibuk menyiapkan perlengkapan acara. Oh yes, acara molor sekitar 30 menit. Aslinya di jadwal, acara dimulai pk. 12.00.

***

workshop KOMPAS-SwitchAsia Indonesia seri II

Pk. 12.30 acara dibuka oleh dua MC cantik, setelahnya ada sedikit pengantar dari Mbak Christine. Bagi Sahabat yang belum kenal siapa itu Mbak Christine, silakan mampir di kisah workshop seri I. 😉 *buka pintu-bikin teh-nyiapkan camilan*

Sebelum masuk ke tema bahasan, panitia mengumumkan para pemenang blog dan photography competition workshop seri I yang terdiri dari juara III-II-I dan juara favorit. Penasaran dengan wajah para pemenang? Ini dia! 😀 

para pemenang kompetisi workshop I
para pemenang kompetisi blog dan fotografi workshop seri I

Sesi selanjutnya, siapa lagi yang tampil kalau bukan Dr. Ed. Beliau pun memulai pemaparan. Sesekali paparan beliau diselingi dengan berinteraksi dengan peserta. Saya berusaha fokus, tetapi ada sesuatu yang mencuri perhatian saya.

Apa itu?

Tepat di sekitar Dr. Ed berdiri, beterbangan 6—8 ekor serangga yang dijuluki lalat apung (famili Shyrphidae). Sahabat yang penasaran dengan si serangga predator ini bisa mampir dan bertanya pada empu blog Dongeng tentang Serangga, Dr. Nugroho Susetya Putra; atau googling juga boleh. 😉

Oke, lanjut!

Sesuai tema, Save Water, dalam pemaparannya Dr. Ed menyinggung tentang bumi dan 70% air yang ada di bumi. Banyak sekali manfaat air bagi kehidupan bumi, sehingga sebisa mungkin kelestariannya tetap terjaga sampai generasi yang akan datang. Fokus utama materi Dr. Ed adalah tentang air bersih. Ini tentu berkaitan dengan populasi manusia yang kian meningkat dibarengi dengan aktivitas yang lebih banyak tidak sejalan dengan pelestarian lingkungan. Itulah mengapa kita perlu mengerti benar konsep save water: tidak sekadar berhemat, tetapi juga mempertahankan kualitas dan mengupayakan kelestarian air bersih.

Sekali-dua kali Dr.Ed terlibat diskusi dengan peserta. Satu demi satu ide penghematan air pun bermunculan. Mulai dari membatasi mandi (hahaha ini mirip benar dengan jargonnya si Juki, save water, no shower); menggunakan air bekas mencuci untuk menyiram tanaman; memiliki tandon untuk menampung air hujan; dan masih banyak lagi.

Waktu bergulir … saking asyiknya mengikuti materi dan diskusi tanpa terasa jam di ponsel saya sudah menunjuk pk. 13.45. Itu artinya, acara workshop akan dilanjutkan ke sesi kedua. Namun, sebelumnya diumumkan soal peraturan mengikuti blog competition. Seperti halnya di workshop seri I, setelah workshop hari itu berakhir, peserta diminta untuk mengikuti blog competition. Yang berbeda kali itu, sertifikat peserta baru boleh diambil di kantor KOMPAS setelah peserta men-submit tulisan untuk lomba blog. Ah, cerdas! Jadi, tak ada alasan untuk tidak menulis, kan? O ya, Sahabat boleh juga lho mampir dan share tulisan saya, Save to Save Water ala Kita? Pasti Bisa! Ditunggu, ya! 🙂

***

Sesi kedua dimulai pada pk. 14.00. Pemateri kedua adalah Mahansa Eka Girga S., seorang copywriter dari KOMPAS. Materi yang beliau sampaikan tentu berkaitan dengan profesinya: copywriting.

Apa sih copywriting itu? Secara gampang, beliau mengistilahkan bahwa copywriting adalah bagian dari iklan yang dapat memengaruhi pembaca untuk membeli/bersifat persuasif. Iklan sendiri adalah bentuk kerja sama antara copywriter dan art director. Kalau copywriter bertanggung jawab menyusun tulisan yang membujuk; maka art director bertanggung jawab menyiapkan gambar/ilustrasinya.

Beliau berkisah juga tentang suka duka menjadi pekerja iklan, juga tentang perjuangan memulai rubrik Klasika yang tiap Sabtu ada di KOMPAS. Awalnya, pada tahun 90-an, space halaman yang tersedia untuk iklan di KOMPAS hanya sekitar 35%; sebisa mungkin ruang itu digunakan untuk menambah penghasilan. Dengan apa? Ya, dengan menampilkan iklan.

Membuat iklan pun rupanya ada aturan khususnya lho, Sahabat. Satu di antaranya yaitu memperhatikan konsep penjualan yang terdiri dari attention, interest, desire, action disingkat AIDA. Ya, karena fokus dari iklan adalah menjual, intinya iklan harus bisa mencuri perhatian, membuat orang tertarik/suka, kemudian membuat mereka berhasrat alias ngebet kepingin beli, dan terakhir mereka take action/beli barang/jasa yang diiklankan, begitu! 😆

Di sesi ini pula Kang Mahansa menantang peserta untuk mengatasi writer’s block. Tiap penulis pasti pernah mengalami keadaan mentok, gak ada ide untuk ditulis. Itulah yang dinamakan writer’s block. Cara mengatasinya ternyata sangat sederhana, yaitu dengan menuliskan apa saja yang ada di pikiran kita tanpa henti selama 10 menit. Jadi, apa yang saya tulis untuk Tantangan 10 Menit? Check this out! 😉

“Akhir pekan lagi. Menyambung agenda workshop KOMPAS-SCP seri I bulan lalu, hari ini saya berada di Plataran Djoko Pekik untuk mengikuti workshop seri II. Tadinya saya pikir lokasinya sama seperti workshop I, di Sagan. Eh, ternyata lokasi workshop kedua ini lebih jauh ke selatan. Ya, Bantul! Terbayang sudah ngalukaluk-nya saya naik motor dari kaki Merapi sampai di sini. Kalau boleh saya istilahkan, “Sakplinthengan buta (satu ketapel bangsa raksasa)” hahaha.

Ya, mau bagaimana lagi. Pertama, saya sudah niat ikut, bayar pun sekalian lima kali. Ya wislah, … dijabani saja. Lagipula saya pas libur; sebenarnya saya ada jadwal mengajar les sore nanti, tapi saya liburkan … hehehe *ditimpuk siswa. 😛

Pendek kata, demi tambah ilmu, tambah wawasan, tambah kenalan (hayo, ga boleh modus! 😛 ), saya datang juga ke sini; apalagi temanya sesuai dengan minat saya. Saya jadi bisa menyimpulkan secara sederhana, apapun kalau sudah diniati dengan kuat, lalu dijalankan … apa sih yang ga bisa?”

Nah, saat Kang Mahansa menantang peserta untuk membacakan hasil 10 menit memeras otak, saya pun sok pede mengacung … dan terpilih juga hehehe. 😀

membacakan hasil Tantangan 10 Menit ala Phie ;) (foto oleh Darul)
membacakan hasil Tantangan 10 Menit ala Phie 😉 (foto oleh Darul)

Apa yang terjadi kemudian?

Peserta lain sukses tertawa mendengarkan cerita saya. Mungkin karena gaya saya, ya. Gaya bertutur, macam curhat di buku harian, gitu. Hihihi ketahuan deh! Saat saya diajak berbincang dengan Kang Mahansa, saya menyampaikan bahwa saya lebih suka menulis dengan bertutur atau bahasa kerennya: story telling. Bisa jadi itu semua dipengaruhi oleh kebiasaan menulis catatan harian sejak saya duduk di bangku kelas 1 SMP. Sampai sekarang ada 23 catatan harian, yang ke-24, si Ijo kelereng, belum habis lembarannya karena bukunya tebal bingits; pun karena kesibukan, saya rada ga teratur lagi mengisi. 😛

Well, sebagai hadiah karena telah membacakan hasil karya, sebuah tas kertas pun diangsurkan panitia ke arah saya. Isinya? Darul yang pakai! Karena dia membagi saya sebuah stiker dari SCP, sebagai balasan, saya memberi Darul isi tas kertas itu. Impas, kan? 😉

Darul dan topi barunya :D
Darul dan topi barunya 😀

Setelah tantangan tersebut, sekitar pk. 15.30 acara jeda sejenak untuk ishoma. Yang sedang free macam saya, ambil snack lagi buat mengganjal perut. Hehe iya, si perut sedari jam 14.00-an sudah ber-kukuruyuk. Maklum, belum makan siang. 😛 Sempat juga ngobrol dengan tiga emak blogger yang datang: mak Ika Koentjoro, mak Kurnia ‘Kachan’, dan mak Ririe Khayan.

Setengah jam kemudian, acara dilanjut lagi. Sesi kedua ini sekaligus memungkasi acara workshop seri II hari itu. Acara berakhir sekitar pk. 16.30. Meski demikian, saya tak lantas pulang. Saya sempatkan berfoto bareng emak blogger, Kang Mahansa, dan Ki Djoko Pekik … lalu mengambil nasi kotak dan pulang segera. Sebenarnya diajak makan bareng sekalian emak-emak tjantiek, tapi saya harus mampir ke rumah dosen sebelum pulang ke rumah. Daripada kemalaman di jalan, lebih baik saya bersegera.

emak blogger in action 1.mak Ririe
emak blogger bersama Mahansa Eka Girga S. (foto oleh Ririe Khayan)
emak blogger in action 2. mak Ririe
emak blogger bersama Ki Djoko Pekik (foto oleh Ririe Khayan)

***

Nah, itulah sedikit kisah dari workshop KOMPAS-Switch Asia SCP Indonesia seri II. Setelah saya berhasil mendaftarkan artikel untuk diikutsertakan lomba tanggal 25 Oktober lalu, hari Rabu pagi, 27 Oktober saya pun menjemput sertifikat di kantor KOMPAS.

asyiiik, dapat sertifikat! ;)
asyiiik, dapat sertifikat! 😉

Alhamdulillah, akhirnya kelar juga seri II ini! 😀 Well, then … happy weekend, Pals! 🙂

0 thoughts on “(Sedikit) Cerita dari Workshop Green Lifestyle KOMPAS dan SwitchAsia SCP Indonesia Seri II (habis)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *