Antara 'Berkeliling Dunia' dan 'Membelah Atom'

Berada di dekat anak-anak sering menorehkan cerita seru dan lucu. Seperti beberapa waktu lalu saat saya berkesempatan menemani Bintang dan Dana belajar. Meski usianya berbeda, (Dana duduk di bangku kelas 8, sementara Bintang duduk di kelas 6), dari pengamatan selama ini, saya menjumpai beberapa kemiripan dari mereka: anak laki-laki, sulung, suka ngobrol (baca: talkative), berimajinasi, dan rasa ingin tahunya tinggi. Well, kadang agak kewalahan juga menanggapi pertanyaan mereka berdua. 😆

science-communication_-iStockphoto_Thinkstock
credit: iStockphoto/Thinkstock

Bintang pernah bertanya kepada saya di tengah-tengah saya menerangkan tentang “Perbandingan dan Skala”. Sebelumnya saya sempat menyinggung soal peta dunia juga atlas.

“Mbak, kepengin jalan-jalan ke negara mana?”

Sambil tersenyum, saya berpikir lalu menjawab, “Banyak, Mas. Pengin ke Korea Selatan, Jepang, negara-negara Eropa … hmm ….“

Saya belum menyelesaikan kalimat jawaban itu, tiba-tiba Bintang minta izin.

“Sebentar, ya, Mbak …”

Tahukah apa yang ia lakukan? Mengubrak-abrik lemari buku milik ayahnya.

Rupanya ia membawa sebuah atlas seukuran A3 ke meja belajar kami.

“Yuk, kita keliling dunia!” katanya dengan mata berbinar.

Saya tahu, ia ingin menunjukkan ketertarikannya soal berkeliling dunia. Maka, saya pun mengingatkan ia untuk menyiapkan bekal: sebuah penggaris. Lalu, kami pun asyik ‘berkeliling dunia’ dan menyelesaikan soal Matematika semacam ini:

Jarak antara kota Mendoza–San Miguel de Tucuman pada peta adalah 5 cm. Diketahui skala peta 1 : 10.000.000. Hitunglah jarak sebenarnya kedua kota tersebut!

Sengaja saya buat begitu, supaya Bintang tidak bosan. Belajar Matematika tidak harus spaneng, iya, kan? 😉

***

Kalau Bintang mengajak saya berkeliling dunia; Dana suka berdiskusi soal apa saja, bahkan seringkali menyelipkan ide-ide liar. Terakhir kali saat kami belajar soal “Atom, Ion, dan Molekul”, ia mengatakan beberapa hal di luar dugaan saya.

“Kalau atom itu bisa dibelah nggak, Mbak?”

“Atom itu bagian terkecil dari suatu unsur. Secara teori, nggak bisa lagi dibelah, Mas Dana. E tapi, yang namanya ilmu pengetahuan itu selalu berkembang. Sekarang seperti ini, bisa jadi besok di masa depan lain lagi ….”

“Bisa jadi di masa depan akan ditemukan hukum tentang pembelahan atom. Aku pengin membelah atom,” begitu Dana menimpali jawaban saya.

*krik krik krik*

Aseli, saya setengah terkejut mendengar kalimat Dana, dan demi menutupinya saya tersenyum lebar,

“OK, lakukan, Mas!”

***

Dari Dana, Bintang, dan siswa lainnya, saya belajar bersahabat dan berkomunikasi. Bagi saya pribadi, menjadi tutor bukan sekadar 1, 2, 3 atau A, B, C; melainkan juga menjadi sahabat, memberi semangat, dan mengarahkan mereka. Apapun impian mereka, membebaskan mereka berpikir dan berimajinasi, menurut saya adalah salah satu cara mengamini doa dan harapan. Tak terkecuali untuk hal-hal yang dirasa mustahil saat ini, seperti keinginan Dana untuk membelah atom atau keinginan Bintang berkeliling dunia sambil mengukur jarak kota-kota di lima benua. Mereka adalah pengganti saya dan generasi sebelumnya di masa depan. Oleh karena itu, tidak sepatutnya saya mengerdilkan impian mereka.

PS:
Setelah saya iseng browsing soal pembelahan atom, rupanya tahun 2012 lalu telah ada ahli Fisika Kuantum dari Universitas Bonn yang berhasil melakukannya. Great! Tinggal menunggu giliran Dana. 😉

0 thoughts on “Antara 'Berkeliling Dunia' dan 'Membelah Atom'

  1. Memang diskusi dengan anak-anak itu asyik.. tp teteh sekarang lebih banyak menyimak diskusi gadis2 teteh kalau sedang ngumpul..melihat mereka tertawa, adu argumen itu nyeeess gitu di hati…😊

    1. Iya, Bunda. Meski dekat dengan mereka, kalau sudah sampai pada urusan menyampaikan ‘materi berat’ (seperti kisah Dana), saya masih harus belajar bicara yang efisien dan gampang dimengerti anak-anak. Judulnya, a wholelife education, Bun. 🙂

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *