Ramadhan telah berlalu lebih kurang dua minggu. Bulan sale pahala sudah ditutup gerbangnya. Ada sedih terikut dalam senang menyambut Syawal. Sebulan rasanya teramat singkat untuk menempa diri menjadi lebih baik. Meski demikian, dalam hati saya pribadi berharap masih terus diberi istiqomah meningkatkan ibadah; apalagi sebagai manusia biasa saya tidak pernah tahu akan sepanjang apa diberi kesempatan baik. Sembari berharap dikaruniakan panjang usia sehingga dapat berkhidmat kembali dengan Ramadhan tahun depan, saya perlu menetapkan target sebagai wujud peningkatan ibadah.
Salah satu target pada bulan Syawal 1439 H ini adalah istiqomah mengaji/membaca Quran. Sebelum Ramadhan, saya biasanya mengaji sekali atau dua kali sehari (bakdal subuh dan/atau maghrib), itupun menurut saya masih terlalu sedikit karena kurang teratur secara waktu dan tergantung mood. Seringkali jadwal baca Quran malah terlewat lantaran kesibukan atau karena badan lelah setelah seharian bekerja, astaghfirullah. 😥
Itulah sebabnya setelah Ramadhan lalu saya berhasil satu kali mengkhatamkan 30 juz; ada keinginan untuk lebih tegas mendisiplinkan diri mengaji Qur’an minim 30 menit sehari. Angka tersebut kalau dibuat menjadi dua termin (bakdal subuh dan bakdal magrib), saya pikir masih memungkinkan untuk dicapai, insyaAllah.
O ya, dalam hati saya ingin juga mengaji dengan suasana baru (baca: mushaf baru). Selama ini saya mengaji dengan mushaf merah yang usianya 20 tahun lebih. Meski di beberapa bagian sampulnya sudah ada yang sobek, saya masih menggunakan mushaf tersebut. Ukuran hurufnya lumayan besar, sangat menolong mata minus saya karena itu berarti saya tidak perlu memicingkan mata saat membaca. Sayangnya, mushaf tersebut tidak dilengkapi terjemahan. Ya, halamannya full dengan rangkaian huruf Hijaiyah. Saya pikir, alangkah akan lebih nyaman jika ada terjemahannya. Usai membaca, saya sekaligus dapat belajar memahami arti dari ayat-ayat yang saya baca.
Ah, namanya kemauan, ya… selalu mampu mendorong saya untuk mencari info kira-kira di mana saya dapat mendapatkan mushaf yang tampilannya lebih segar, modern, dengan ukuran huruf yang masih bisa saya toleransi, dan yang terpenting tentunya dilengkapi dengan terjemahan.
Pencarian pun berhenti saat saya melihat mushaf Al Qur’an Rabita di MuslimMarket. Tampilan sampulnya yang bernuansa etnik menarik perhatian saya. Varian warnanya cerah dan ceria: biru terang, merah muda. Bagian tepi dilengkapi dengan ritsleting sehingga lembar-lembar mushaf terlindung dari debu. Cantik.
Begitu ditilik ke bagian dalam, ada pula panduan tajwid berwarna. Tanda untuk ayat-ayat Sajadah pun cukup jelas terbaca. Alhamdulillah, pilihan pas untuk mendongkrak semangat mengaji. Ya Allah, semoga dalam waktu dekat, tabungan saya cukup untuk membeli salah satunya. Aamiin.
Well, ngomong-ngomong soal MuslimMarket; waktu saya mampir ke website e-commerce ini tidak hanya produk mushaf Al Qur’an (buku) yang tersedia, lho; ada juga aplikasi mudah belajar membaca Al Qur’an yang tinggal diinstal ke PC desktop. Jadi, dengan menggunakan aplikasi tersebut, pengguna dipandu dalam pembelajaran melalui kuis dan soal latihan bertingkat. Waah, benar-benar, ya, teknologi kian berkembang dan proses belajar membaca Al Qur’an pun menjadi semakin mudah.